Senin, 18 Juni 2012




PENGARUH TAYANGAN TELEVISI PADA ANAK USIA DINI


Pada  zaman sekarang ini, televisi merupakan media elektronik yang mampu menyebarkan berita secara cepat dan memiliki kemampuan mencapai khalayak dalam jumlah tak terhingga pada waktu yang bersamaan. Televisi dengan berbagai acara yang ditayangkannya telah mampu menarik minat pemirsanya dan membuat pemirsanya ketagihan untuk selalu menyaksikan acara-acara yang ditayangkan. Bahkan bagi anak-anak sekalipun sudah merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari aktivitas kesehariannya dan sudah menjadi agenda wajib bagi sebagian besar anak.
Dengan berbagai acara yang ditayangkan mulai dari infotainment,entertainment, iklan, sampai pada sinetron-sinetron dan film-film yang berbau kekerasan, televisi telah mampu membius para pemirsanya terutama anak-anak untuk terus menyaksikan acara demi acara yang dikemas sedemikian rupa. Tidak jarang sekarang ini banyak anak-anak lebih suka berlama-lama di depan televisi daripada belajar, atau bahkan banyak anak yang hampir lupa waktu makannya karena televisi, dan tak jarang pula anak-anak menjadi malas tidur karena melihat tayangan-tayangan di televisi.
Ini merupakan suatu masalah yang terjadi dilingkungan kita sekarang, dan perlu diperhatikan khusus bagi setiap orang tua untuk selalu mengawasi aktivitas anaknya.
Sebagian besar tayangan televisi adalah sinetron dimana terkandung begitu banyak adegan-adegan kekerasan baik fisik maupun mental, bahkan pada sebuah penelitian dikatakan selama masa sekolah, anak-anak menyaksikan 87.000 tindakan kekerasan dalam televisi.
Dengan demikian terutama bagi anak-anak yang pada umumnya selalu meniru apa yang mereka lihat, tidak menutup kemungkinan perilaku dan sikap anak tersebut akan mengikuti acara televisiyang ia tonton.

A.    Dampak Negatif Menonton Televisi pada Anak
1.      Dilihat dari segi akhlak dan perilaku anak 
a.      Mendorong anak menjadi konsumtif 
Anak-anak merupakan target pengiklan yang utama. Banyak orang tua yang mengatakan bahwa anak mereka menjadi lebih konsumtif setelah melihat iklan di televisi. Mereka sering mengatakan Ma, aku mau mainan itu yang ada diTV.” Hal tersebut menunjukan bahwa televisi berperan besar dalam mendorong anak menjadi konsumtif .

b.              Mengurangi semangat belajar 
Bahasa televisi simpel, memikat, dan membuat ketagihan sehingga sangat mungkin anak menjadi malas belajar. Anak-anak yang terbiasa menghabiskan waktu nya dengan menonton televisi akan sangat sulit saat diajak beralih untuk belajar. Mereka akan lebih senang menyaksikan acara favorit nya dibandingkan harus membuka buku dan mengerjakan tugas. Orang tua menyatakan bahwa anak mereka menjadi tidak semangat belajar setelah menjadikan kegiatan menonton televisi sebagai kebiasaan.

c.       Merenggangkan hubungan antar anggota keluarga
Kebanyakan anak kita menonton TV lebih dari 4 jam sehari sehingga waktu untuk bercengkrama bersama keluarga biasanyaterpotong atau terkalahkan dengan TV. 40% keluarga menonton TV sambil menyantap makan malam, yang seharusnya menjadi ajang berbagi cerita antar anggota keluarga. Sehingga bila ada waktu dengan keluarga pun, kita  menghabiskannya dengan mendiskusikan apa yang kita tonton di TV. Rata-rata, TV dalam rumah hidup selama 7 jam 40 menit. Yang lebih memprihatinkan adalah terkadang masing-masing anggota keluarga menonton acara yang berbeda di ruangan rumah yang berbeda.

d.      Menonjolkan perilaku imitatif 
Dwyer menyimpulkan, sebagai media audio visual, TV mampu merebut 94% saluran masuknya pesan ± pesan atau informasi kedalam jiwa manusia yaitu lewat mata dan telinga. TV mampu untuk membuat orang pada umumnya mengingat 50% dari apa yang mereka lihat dan dengar  dilayar televisi walaupun hanya sekali ditayangkan. Atau secara umum orang akan ingat 85% dari apa yang mereka lihat di TV setelah 3 jam kemudian dan 65%  setelah 3 hari kemudian.
Dengan demikian terutama bagi anak-anak yang pada umumnya selalu meniru apa yang mereka lihat,tidak menutup kemungkinan perilaku dan sikap anak tesebut akan mengikuti acara televisi yang ia tonton.
Salah satu ibu menyatakan bahwa anaknya merupakan salah satu korban televisi” dimana anak dari ibu tersebut sering menirukan apa yang ia lihat di televisi.
Seperti yang kita ketahui bahwa sinetron UFO yang mengemas cerita manusia planet, cukup menarik perhatian anak-anak. Anak dari ibu ini juga merupakan salah satu pemirsa setia sinetron tersebut. Dikesehariannya anak tersebut sering bercakap-cakap dengan bahasa yang digunakan oleh manusia planet dalam sinetron tersebut seperti bleketek bleketek brokotok brokotok
Kasus lain juga dapat kita lihat pada peristiwa tewas nya seorang anak akibat loncat dari lantai 4 bangunan rumahnya setelah menyaksikan film Superman di televisi. Hal tersebut menunjukan bahwa dampak negatif yang cukup besar yang ditimbulkan oleh menonton televisi adalah menonjolkan perilaku imitatif dari anak itu sendiri.

2.      Dilihat dari Segi Kesehatan Fisik
a.      Meningkatkan kemungkinan obesitas (kegemukan)
Kita biasanya tidak berolahraga dengan cukup karena kita biasa menggunakan waktu senggang untuk menonton TV,  padahal TV membentuk pola hidup yang tidak sehat.  Banyak orang tua menyatakan bahwa lebih banyak anak menonton TV, lebih banyak mereka mengemil di antara waktu makan, mengonsumsi makanan yang diiklankan di TV dan cenderung memengaruhi orang tua mereka untuk membeli makanan-makanan tersebut.
Anak-anak sering tidak mematikan TV sehingga jadi kurang bergerak beresiko untuk tidak pernah bisa memenuhi potensi mereka secara penuh. Selain itu, duduk  berjam-jam di depan layar membuat tubuh tidak banyak bergerak dan menurunkan metabolisme, sehingga lemak bertumpuk, tidak terbakar dan akhirnya menimbulkan kegemukan.

b.      Memperbesar kemungkinan terjangkit penyakit rabun
Seperti kita ketahui bahwa sebagian besar anak tidak mau beranjak dari depan televisi apabila ia sudah jatuh hati dengan acara yang disiarkan. Selain itu, jarak pandang mereka dengan  televisi juga biasanya tidak sesuai dengan jarak pandang yang baik .
Hal ini tentu saja terjadi berulang- ulang dan terus-menerus, apabila si anak telah menjadikan kegiatan menonton televisi sebagai kebiasaan. Ada orang tua menyatakan bahwa anak mereka yang pada awalnya memiliki kondisi mata yang sehat menjadi harus menggunakan kacamata setelah terbiasa menonton televisi setiap hari. Hal ini tentu saja dikarenakan oleh faktor jarak pandang yang tidak sesuai dan radiasi dari televisi itu sendiri yang bisa menyebabkan penyakit mata seperti rabun jauh ataupun rabun dekat.

B.                             Penyebab Timbulnya Kebiasaan Menonton Televisi

1.      Faktor Internal
Timbulnya kebiasaan menonton televisi sebenarnya bisa saja datang dari dalam anak itu sendiri. Faktor internal penyebab timbulnya kebiasaan yang terbesar adalah iseng dan rasa ingin tahu dari anak itu sendiri. Iseng dan rasa ingin tahu sebenarnya saling berkaitan erat dalam penyebab timbulnya kebiasaan menonton televisi pada anak.
Rasa ingin tahu yang besar yang memang lazim terdapat pada anak-anak mendorong mereka untuk melihat dan menyaksikan apa yang ada dalam acara-acara televisi yang di siarkan. Mereka penasaran mengenai tokoh ataupun cerita yang ada di dalamnya. Kemudian alasan iseng sebagai penyebab timbulnya kebiasaan juga sering digunakan.
Anak-anak pada awalnya hanya ingin mencoba hal baru yang belum pernah mereka coba sebelumnya, dalam hal ini menonton televisi. Saat di waktu luang dimana tidak ada yang ingin mereka kerjakan, mereka iseng menyalakan televisi, mencari saluran televisi yang menurut mereka menarik dan kemudian menyaksikannya.
Dari awal iseng tersebut kemudian berkembang menjadi kebiasaan yang tanpa disadari sudah menjadi bagian dari kegiatan mereka sehari-hari.

2.      Faktor Eksternal
Selain faktor yang berasal dari dalam diri anak itu sendiri, tentu saja faktor yang berasal dari luar atau eksternal juga berpengaruh dalam pembentukan kebiasaan. Faktor eksternal yang cukup berpengaruh diantaranya adalah kebiasaan orang tua, teman, waktu luang dan acara televisi yang ditayangkan. 
Kebiasaan menonton televisi pada orang tua tidak dapat dipungkiri bahwa hal tersebut menyumbang banyak dalam membentuk kebiasaan anak yang sama. Sebagian besar anak menyatakan bahwa awal mula mereka menonton televisi dikarenakan orang tua mereka menjadikan kegiatan menonton televisi sebagai hobi. Beberapa anak yang diwawancarai juga menyatakan bahwa orang tua mereka hanya menasihati untuk tidak terlalu sering menonton televisi namun orang tua mereka tetap menjadikan menonton televisi sebagai kebiasaan.
Faktor teman juga membentuk kebiasaan tidak jauh berbeda dengan faktor sebelumnya yaitu orang tua. Teman seringkali mempengaruhi anak untuk menonton televisi dengan mensugestikan acara-acara yang menurut teman tersebut tergolong acara yang menarik. Untuk anak usia dini mereka juga masih sering saling mengajak satu sama lain untuk menonton televisi bersama-sama sepulang sekolah.
Dapat kita dilihat juga bahwa waktu luang dan acara televisi cukup menyumbang dalam pembantukan kebiasaan. Apabila ada waktu luang, anak cenderung mencari kegiatan yang bisa dia lakukan dan melihat ada acara televisi yang menarik maka ia langsung memilih menghabiskan waktu dengan menonton televisi.

C.    Frekuensi Menonton Televisi
Kebiasaan menonton televisi telah menyita banyak waktu anak dalam kehidupannya sehari-hari. Menurut data penelitian pada tahun 2002, jam tonton televisi anak-anak 30-35 jam/hari atau 1.560 ± 1.820 jam/tahun, sedangkan jam belajar SD umumnya kurang dari 1.000 jam/tahun. Bisa kita lihat bahwa jam menonton televisi anak lebih banyak daripada jam belajarnya. Biasanya anak menonton televisi antara lain saat jam makan, sebelum dan sesudah berangkat sekolah, di jam tidur siang dan pada malam hari dimana banyak acara menarik yang disiarkan.

D.    Pengetahuan para Orang Tua Mengenai Pengaruh Negatif dari Kebiasaan Menonton Televisi
Banyak orang tua yang pengetahuan mengenai pengaruh negatif dari kebiasaan menonton televisi nya dapat dikatakan cukup minim. Kebanyakan dari orang tua menganggap bahwa pengaruh negatif dari kebiasaan menonton televisi pada anak hanya berupa kerugian secara fisik seperti sakit mata atau penurunan semangat belajar. Jika dibandingkan dengan pengaruh negatif sesungguhnya yang ditimbulkan dari kebiasaan menonton televisi, tentu saja hal tersebut tergolong terlalu sempit. Berdasarkan pengamatan di lingkungan sekitar, tidak banyak orang tua yang mengetahui hampir semua pengaruh negatif yang ditimbulkan dari kebiasaan menonton televisi.
Untuk mengatasi hal ini para orang tua baiknya banyak membaca dari buku atau pun media lain mengenai dampak negatif yang dapat ditimbulkan dari kebiasaan menonton televisi sehingga dapat membantu mengurangi kebiasaan menonton televisi pada anak.

E.     Cara Mengatasi Dampak Negatif Menonton Televisi pada Anak
a.      Pengawasan tayangan televisi yang baik untuk anak 
Orang tua harus dapat memilih acara yang sesuai dengan usia anak . Jangan biarkan anak menonton acara yang tidak sesuai dengan usianya. Walaupun ada acara yang memang untuk anak-anak, perhatikan dan analisa apakah sesuai dengan anak-anak. Maksudnya tidak ada unsur kekerasan atau hal lain yang tidak sesuai dengan usia mereka.
Selain itu juga orang tua sebaiknya mendampingi anak saat menonton televisi. Tujuannya adalah agar acara televisi yang ditonton oleh anak dapat terkontrol dan orang tua dapat memperhatikan apakah acara tersebut layak ditonton atau tidak. Orang tua juga dapat mengajak anak membahas apa yang ada di televisi dan membuatnya mengerti bahwa apa yang ada di televisi tidak tentu sama dengan kehidupan yang sebenarnya.
Orang tua juga harus mengetahui acara favorit anak dan bantu anak memahami pantas tidaknya cara tersebut mereka tonton , ajak mereka menilai karakter dalam acar tersebut secara bijaksana dan positif.  Orangtua sebaiknya tidak meletakkan televisi di kamar anak. Selain untuk mempermudah orangtua mengontrol tontonan anak, juga tidak membuat aktivitas yang seharusnya dilakukan di kamar seperti tidur dan belajar menjadi terganggu dan beralih ke televisi.

b.      Pengontrolan waktu menonton televisi yang tepat
Orang tua baiknya memberi kesepakatan dengan jadwal kepada anak tentang mana acara yang boleh ditonton atau tidak, kapan boleh menonton, waktu beribadah, waktu belajar, waktu tidur, bahkan waktu membantu orang tua dirumah dan berikan sanksi bila melanggar.















Tidak ada komentar:

Posting Komentar