PENGARUH TAYANGAN TELEVISI PADA ANAK USIA DINI
Pada
zaman sekarang
ini, televisi merupakan media elektronik yang mampu menyebarkan
berita secara cepat dan memiliki kemampuan mencapai khalayak dalam jumlah
tak terhingga pada waktu yang bersamaan. Televisi dengan berbagai acara
yang ditayangkannya telah mampu menarik minat pemirsanya dan
membuat pemirsanya “ketagihan” untuk selalu menyaksikan acara-acara yang
ditayangkan. Bahkan bagi anak-anak sekalipun sudah merupakan bagian yang
tidak terpisahkan dari aktivitas kesehariannya dan sudah menjadi agenda wajib
bagi sebagian besar anak.
Dengan berbagai acara yang ditayangkan
mulai dari infotainment,entertainment, iklan, sampai pada sinetron-sinetron dan
film-film yang berbau kekerasan, televisi telah
mampu membius para pemirsanya terutama anak-anak untuk terus menyaksikan
acara demi acara yang dikemas sedemikian rupa. Tidak
jarang sekarang ini banyak anak-anak lebih suka berlama-lama di depan televisi
daripada belajar, atau bahkan banyak anak yang hampir lupa waktu makannya
karena televisi, dan tak jarang pula anak-anak menjadi malas tidur karena melihat
tayangan-tayangan di televisi.
Ini merupakan suatu masalah yang terjadi
dilingkungan kita sekarang, dan perlu diperhatikan khusus bagi setiap orang tua untuk
selalu mengawasi aktivitas anaknya.
Sebagian besar tayangan televisi adalah sinetron dimana terkandung
begitu banyak adegan-adegan
kekerasan baik fisik maupun mental, bahkan pada sebuah penelitian dikatakan selama masa sekolah,
anak-anak menyaksikan 87.000 tindakan kekerasan dalam televisi.
Dengan demikian terutama bagi anak-anak yang pada umumnya
selalu meniru apa yang mereka lihat, tidak menutup kemungkinan
perilaku dan sikap anak tersebut akan mengikuti
acara televisiyang ia tonton.
A.
Dampak Negatif Menonton Televisi
pada Anak
1. Dilihat dari segi akhlak dan perilaku anak
a.
Mendorong anak menjadi konsumtif
Anak-anak merupakan
target pengiklan yang utama. Banyak orang tua yang mengatakan
bahwa anak mereka menjadi lebih konsumtif setelah melihat iklan di televisi. Mereka
sering mengatakan “Ma, aku mau mainan itu yang ada
diTV.” Hal tersebut menunjukan bahwa televisi berperan besar dalam mendorong anak menjadi konsumtif .
b.
Mengurangi semangat belajar
Bahasa televisi simpel,
memikat, dan membuat ketagihan sehingga sangat mungkin
anak menjadi malas belajar. Anak-anak yang
terbiasa menghabiskan waktu nya dengan menonton televisi akan sangat sulit saat
diajak beralih untuk belajar. Mereka akan lebih senang menyaksikan
acara favorit nya dibandingkan harus membuka buku
dan mengerjakan tugas. Orang tua menyatakan bahwa anak
mereka menjadi tidak semangat belajar setelah menjadikan kegiatan menonton
televisi sebagai kebiasaan.
c. Merenggangkan
hubungan antar anggota keluarga
Kebanyakan anak kita
menonton TV lebih dari 4 jam sehari sehingga waktu
untuk bercengkrama bersama keluarga biasanya ”terpotong” atau
terkalahkan dengan TV. 40% keluarga menonton TV
sambil menyantap makan malam, yang seharusnya menjadi ajang
berbagi cerita antar anggota keluarga. Sehingga
bila ada waktu dengan keluarga pun, kita menghabiskannya dengan mendiskusikan
apa yang kita tonton di TV. Rata-rata, TV dalam rumah hidup selama 7 jam
40 menit. Yang lebih memprihatinkan adalah
terkadang masing-masing anggota keluarga menonton acara
yang berbeda di ruangan rumah yang berbeda.
d.
Menonjolkan perilaku imitatif
Dwyer menyimpulkan,
sebagai media audio visual, TV mampu merebut 94% saluran
masuknya pesan ± pesan atau informasi kedalam jiwa manusia yaitu lewat mata dan
telinga. TV mampu untuk membuat orang pada
umumnya mengingat 50% dari apa yang mereka lihat dan dengar dilayar televisi walaupun hanya sekali ditayangkan. Atau secara umum orang akan ingat
85% dari apa yang mereka lihat di
TV setelah 3 jam kemudian dan 65% setelah
3 hari kemudian.
Dengan demikian terutama bagi anak-anak yang pada umumnya selalu meniru apa yang mereka lihat,tidak
menutup kemungkinan perilaku dan
sikap anak tesebut akan mengikuti
acara televisi yang ia tonton.
Salah satu ibu menyatakan bahwa anaknya merupakan
salah satu “korban televisi” dimana anak dari ibu tersebut
sering menirukan apa yang ia lihat di televisi.
Seperti yang
kita ketahui bahwa sinetron UFO yang mengemas cerita manusia
planet, cukup menarik perhatian anak-anak. Anak dari ibu ini
juga merupakan salah satu pemirsa setia sinetron
tersebut. Dikesehariannya
anak tersebut sering bercakap-cakap dengan bahasa yang digunakan oleh manusia
planet dalam sinetron tersebut seperti ‘bleketek
bleketek brokotok brokotok’
Kasus lain juga dapat kita lihat pada
peristiwa tewas nya seorang anak akibat loncat dari
lantai 4 bangunan rumahnya setelah menyaksikan film Superman di televisi. Hal tersebut menunjukan bahwa dampak negatif yang
cukup besar yang ditimbulkan oleh menonton
televisi adalah menonjolkan perilaku imitatif dari anak itu
sendiri.
2. Dilihat dari Segi Kesehatan Fisik
a.
Meningkatkan kemungkinan obesitas (kegemukan)
Kita biasanya tidak
berolahraga dengan cukup karena kita biasa menggunakan waktu senggang
untuk menonton TV, padahal TV
membentuk pola hidup yang tidak
sehat. Banyak orang tua menyatakan bahwa lebih banyak anak menonton TV, lebih banyak
mereka mengemil di antara waktu makan, mengonsumsi
makanan yang diiklankan di TV dan cenderung memengaruhi
orang tua mereka untuk membeli makanan-makanan
tersebut.
Anak-anak sering tidak
mematikan TV sehingga jadi kurang
bergerak beresiko untuk tidak pernah bisa memenuhi potensi
mereka secara penuh. Selain itu, duduk berjam-jam di depan layar
membuat tubuh tidak banyak bergerak dan menurunkan metabolisme, sehingga
lemak bertumpuk, tidak terbakar dan akhirnya menimbulkan kegemukan.
b. Memperbesar
kemungkinan terjangkit penyakit rabun
Seperti kita ketahui
bahwa sebagian besar anak tidak mau beranjak dari depan televisi apabila ia
sudah jatuh hati dengan acara yang disiarkan. Selain
itu, jarak pandang mereka dengan televisi juga biasanya tidak sesuai dengan jarak pandang
yang baik .
Hal ini tentu saja
terjadi berulang- ulang dan terus-menerus, apabila si anak telah
menjadikan kegiatan menonton televisi sebagai kebiasaan. Ada orang
tua menyatakan bahwa anak mereka yang pada awalnya memiliki kondisi mata yang
sehat menjadi harus menggunakan kacamata
setelah terbiasa menonton televisi setiap hari. Hal ini
tentu saja dikarenakan oleh faktor jarak pandang yang tidak sesuai dan radiasi dari televisi itu sendiri yang bisa menyebabkan penyakit mata seperti rabun jauh ataupun
rabun dekat.
B.
Penyebab Timbulnya Kebiasaan Menonton Televisi
1.
Faktor Internal
Timbulnya kebiasaan
menonton televisi sebenarnya bisa saja datang dari
dalam anak itu sendiri. Faktor
internal penyebab timbulnya kebiasaan yang terbesar adalah iseng dan rasa
ingin tahu dari anak itu sendiri. Iseng dan
rasa ingin tahu sebenarnya saling berkaitan erat dalam penyebab timbulnya kebiasaan
menonton televisi pada anak.
Rasa ingin tahu
yang besar yang memang lazim terdapat pada anak-anak mendorong mereka
untuk melihat dan menyaksikan apa yang ada dalam acara-acara
televisi yang di siarkan. Mereka penasaran mengenai tokoh ataupun
cerita yang ada di dalamnya. Kemudian alasan iseng sebagai penyebab timbulnya
kebiasaan juga sering digunakan.
Anak-anak pada awalnya
hanya ingin mencoba hal baru yang
belum pernah mereka coba sebelumnya, dalam hal ini menonton televisi. Saat di waktu luang dimana tidak ada yang ingin mereka
kerjakan, mereka iseng menyalakan televisi, mencari saluran televisi
yang menurut mereka menarik dan kemudian menyaksikannya.
Dari awal iseng
tersebut kemudian berkembang menjadi kebiasaan yang tanpa disadari
sudah menjadi bagian dari kegiatan mereka sehari-hari.
2.
Faktor Eksternal
Selain faktor yang
berasal dari dalam diri anak itu sendiri, tentu saja faktor
yang berasal dari luar atau eksternal juga berpengaruh dalam pembentukan
kebiasaan. Faktor eksternal yang cukup berpengaruh diantaranya
adalah kebiasaan orang tua, teman, waktu luang dan acara televisi
yang ditayangkan.
Kebiasaan menonton televisi pada orang tua tidak dapat
dipungkiri bahwa hal tersebut menyumbang banyak dalam membentuk kebiasaan anak
yang sama. Sebagian besar anak menyatakan bahwa awal mula mereka
menonton televisi dikarenakan orang tua mereka menjadikan kegiatan menonton televisi sebagai hobi. Beberapa
anak yang diwawancarai juga menyatakan bahwa orang tua mereka
hanya menasihati untuk tidak terlalu sering menonton televisi namun
orang tua mereka tetap menjadikan menonton televisi sebagai kebiasaan.
Faktor teman juga
membentuk kebiasaan tidak jauh berbeda dengan faktor
sebelumnya yaitu orang tua. Teman seringkali mempengaruhi anak
untuk menonton televisi dengan mensugestikan acara-acara yang menurut
teman tersebut tergolong acara yang menarik. Untuk anak
usia dini mereka juga masih sering saling mengajak satu sama lain
untuk menonton televisi bersama-sama sepulang sekolah.
Dapat kita dilihat juga
bahwa waktu luang dan acara televisi cukup menyumbang dalam pembantukan kebiasaan. Apabila
ada waktu luang, anak cenderung mencari
kegiatan yang bisa dia lakukan dan melihat ada acara
televisi yang menarik maka ia langsung memilih menghabiskan
waktu dengan menonton televisi.
C. Frekuensi
Menonton Televisi
Kebiasaan menonton televisi telah menyita banyak waktu anak dalam
kehidupannya sehari-hari. Menurut data penelitian pada tahun 2002, jam tonton televisi
anak-anak 30-35 jam/hari atau 1.560 ± 1.820 jam/tahun, sedangkan jam belajar SD umumnya kurang dari
1.000 jam/tahun. Bisa
kita lihat bahwa jam menonton televisi anak lebih banyak daripada jam
belajarnya. Biasanya
anak menonton televisi antara lain saat
jam makan, sebelum dan sesudah berangkat sekolah, di
jam tidur siang dan pada malam hari dimana banyak acara menarik yang disiarkan.
D.
Pengetahuan para Orang Tua Mengenai Pengaruh Negatif dari
Kebiasaan Menonton Televisi
Banyak orang tua yang
pengetahuan mengenai pengaruh negatif dari kebiasaan menonton
televisi nya dapat dikatakan cukup minim. Kebanyakan dari orang tua menganggap
bahwa pengaruh negatif dari kebiasaan menonton televisi pada anak
hanya berupa kerugian secara fisik seperti sakit mata atau penurunan
semangat belajar. Jika dibandingkan dengan pengaruh negatif sesungguhnya yang ditimbulkan
dari kebiasaan menonton televisi, tentu saja hal tersebut tergolong terlalu sempit. Berdasarkan
pengamatan di
lingkungan sekitar, tidak banyak orang tua yang mengetahui
hampir semua pengaruh negatif yang ditimbulkan dari kebiasaan menonton televisi.
Untuk mengatasi hal
ini para orang tua baiknya banyak membaca dari buku atau pun media
lain mengenai dampak negatif yang dapat ditimbulkan dari kebiasaan menonton televisi
sehingga dapat membantu mengurangi kebiasaan menonton televisi pada anak.
E.
Cara Mengatasi Dampak Negatif Menonton Televisi
pada Anak
a.
Pengawasan tayangan televisi yang baik untuk
anak
Orang tua harus dapat
memilih acara yang sesuai dengan usia anak . Jangan biarkan anak menonton acara yang tidak
sesuai dengan usianya. Walaupun
ada acara yang memang untuk anak-anak, perhatikan dan analisa apakah
sesuai dengan anak-anak. Maksudnya tidak ada
unsur kekerasan atau hal lain yang tidak sesuai dengan usia
mereka.
Selain itu juga orang
tua sebaiknya mendampingi anak saat menonton televisi. Tujuannya adalah agar acara televisi yang ditonton oleh anak dapat
terkontrol dan orang tua dapat
memperhatikan apakah acara tersebut layak ditonton atau tidak. Orang tua
juga dapat mengajak anak membahas apa yang ada di televisi dan membuatnya
mengerti bahwa apa yang ada di televisi tidak tentu sama dengan
kehidupan yang sebenarnya.
Orang tua juga harus
mengetahui acara favorit anak dan bantu anak memahami pantas
tidaknya cara tersebut mereka tonton , ajak mereka
menilai karakter dalam acar tersebut secara bijaksana dan positif. Orangtua
sebaiknya tidak meletakkan televisi di kamar anak. Selain untuk mempermudah
orangtua mengontrol tontonan anak, juga tidak membuat aktivitas yang
seharusnya dilakukan di kamar seperti tidur dan belajar menjadi terganggu dan
beralih ke televisi.
b.
Pengontrolan waktu menonton televisi yang tepat
Orang tua baiknya
memberi kesepakatan dengan jadwal kepada anak tentang mana
acara yang boleh ditonton atau tidak, kapan boleh menonton, waktu beribadah, waktu belajar, waktu tidur,
bahkan waktu membantu orang tua dirumah dan berikan sanksi bila melanggar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar