Selasa, 19 Juni 2012

SEBAB DAN CARA MEMOTIVASI ANAK BELAJAR


Anak usia sekolah tentunya perlu untuk belajar, entah mengulang kembali pelajaran yang sudah diberikan di sekolah, mengerjakan pekerjaan rumah (PR) ataupun mempelajari hal hal lain di luar pelajaran sekolah. Pentingnya belajar tanpa harus dibicarakan panjang lebar pasti sudah disadari oleh seluruh orangtua.
Keluhan yang datang dari orangtua pada umunya lebih banyak menyangkut anaknya terlalu banyak bermain daripada orangtua yang anaknya terlalu banyak belajar. Bahkan kalau anak sangat rajin belajar, pastilah orangtua memamerkannya ke orang-orang dengan  nada bangga,

Penyebab Anak Enggan Belajar
Kalau anak enggan belajar, tentunya perlu dicari tahu sebab-musababnya, baru kemudian diambil suatu tindakan. Beberapa sebab mengapa anak enggan belajar, diantaranya adalah sebagai berikut: 
1.      Kurangnya waktu yang tersedia untuk bermain 
2.      Sedang punya masalah di rumah (misalnya suasana di rumah sedang kacau karena ada adik baru). 
3.      Bermasalah di sekolah (tidak suka/phobia sekolah, sehingga apapun yang berhubungan dengan sekolah jadi enggan untuk dikerjakan). 
4.      Sedang sakit. 
5.      Sedang sedih (bertengkar dengan teman baik, kehilangan anjing kesayangan) 
6.      Tidak ada masalah atau sakit apapun, juga tidak kurang waktu bermain (malahan kebanyakan), hanya memang  MALAS.

MALAS
Dalam Kamus Bahasa Indonesia oleh Muhammad Ali, malas dijabarkan sebagai tidak mau berbuat sesuatu, segan, tak suka, tak bernafsu. Malas belajar berarti tidak mau, enggan, tak suka, tak bernafsu untuk belajar. 

Kalau anak-anak tidak suka belajar dan lebih suka bermain, itu berarti belajar dianggap sebagai kegiatan yang tidak menarik buat mereka, dan mungkin tanpa mereka sadari juga dianggap sebagai kegiatan yang tidak ada gunanya/untungnya karena bagi ana-anak tidak secara langsung dapat menikmati hasil belajar. Berbeda dengan kegiatan bermain, jelas-jelas kegiatan bermain menarik buat anak-anak, dan keuntungannya dapat mereka rasakan secara langsung (perasaan senang yang dialami ketika bermain adalah suatu keuntungan). 

Teori Motivasi Agar Anak Mau Belajar

Dalam dunia psikologi, dorongan yang dirasakan seseorang untuk melakukan sesuatu disebut sebagai motivasi. Motivasi tersebut dapat berasal dari dalam  maupun dari luar diri seseorang.
Morgan (1986) dalam bukunya Introduction To Psychology, menjelaskan beberapa teori motivasi : 

1.      Teori Insentif 
Dalam teori insentif, seseorang berperilaku tertentu untuk mendapatkan sesuatu. Sesuatu ini disebut sebagai insentif dan adanya di luar diri orang tersebut. Contoh insentif yang paling umum dan paling dikenal oleh anak-anak misalnya jika anak naik kelas akan dibelikan sepeda baru oleh orangtua, maka anak belajar dengan tekun untuk mendapatkan sepeda baru. Insentif biasanya hal-hal yang menarik dan menyenangkan, sehingga anak tertarik mendapatkannya. Insentif, bisa juga sesuatu yang tidak menyenangkan, maka orang berperilaku tertentu untuk menghindar mendapatkan insentif yang tidak menyenangkan ini. Dapat juga terjadi sekaligus, orang berperilaku tertentu untuk mendapatkan insentif menyenangkan, dan menghindar dari insentif tidak menyenangkan. 
2.      Pandangan Hedonistik 
Dalam pandangan  hedonistik,  seseorang didorong untuk berperilaku  tertentu yang akan memberinya perasaan senang dan menghindari perasaan tidak menyenangkan. Contohnya: anak mau belajar karena ia tidak ingin ditinggal ibunya ke pasar/supermarket. 

Dari uraian di atas, dapat diasumsikan anak yang malas tidak merasa adanya insentif yang menarik bagi dirinya dan ia pun tidak merasakan perasaan menyenangkan dari belajar.

Tidur Siang Untuk Balita


Di usia balita, anak menghabiskan waktu dengan mengeksplorasi segala sesuatu di sekitar mereka sehingga kerap kehilangan waktu tidur siang. Padahal, tidur siang memberi dampak luas pada pertumbuhan dan kesehatan mental anak. Tidur merupakan kebutuhan utama yang baik bagi kesehatan, dan untuk anak-anak penting mendapatkan waktu tidur yang cukup termasuk tidur di siang hari. Tidur di siang hari, tak hanya menghilangkan rasa lelah pada anak. Tetapi juga dapat mencegah penghambatan pertumbuhan anak. Hal ini karena tidur membantu pertumbuhan dan proses peremajaan yang terjadi pada anak.
Manfaat tidur siang bagi anak :
  1. Membantu menjaga anak agar tidak terlalu lelah yang bisa mempengaruhi suasana hatinya seperti rewel dan mudah marah
  2. Membantu meningkatkan memori anak yang membuat otak kembali fresh sehingga ia akan lebih mudah menerima rangsangan yang diberikan
  3. Memberikan tubuh si kecil kesempatan untuk beristirahat
  4. Meningkatkan ingatan kita atau memori pada otak. Nah, menurut penelitian terbaru anak-anak yang tidur siang secara teratur selama 45 menit memori dan kemampuan belajarnya akan meningkat.
  5. Tidur siang juga membuat anak-anak-anak lebih sehat. Karena, dengan tidur siang kalian cukup beristirahat sehingga badan lebih sehat dan tidak mudah terkena penyakit.
Associated Professional Sleep Societies telah meneliti sebanyak 62 anak. Dari penelitian tersebut terungkap bahwa anak yang memiliki kebiasaan tidur siang mempunyai tingkat stress yang rendah dan jauh dari kegelisahan atau hiperaktif dan depresi. Anak-anak ini biasa tidur siang rata-rata tiga atau empat hari seminggu. Simpulan penelitian terbaru menyebut, balita yang tidak tidur siang atau kurang waktu tidur di siang hari lebih cenderung mengalami stres dan merasa tak bahagia. Anak-anak ini juga cenderung berisiko mengalami masalah kesehatan mental selama kehidupan mereka di masa dewasa.

Keterlambatan Berjalan Pada Anak

Pada umumnya orang tua baru sangat menanti-nanti saat-saat anak mereka mulai belajar berjalan. Namun terkadang tidak sedikit pula anak yang terlambat dalam berjalan. Hal ini akan membuat orang tua bingung karenanya. Namun orang tua tidak usah terlalu bingung dengan hal ini mungkin berikut adalah faktor-faktor yang bisa membuat anak-anak terlambat dalam berjalan :
  • Kurangnya keinginan dan Kesempatan.
Jika si kecil tumbuh dan berkembang secara normal terlepas dari keterlambatannya berjalan, mungkin saja si kecil belum cukup memiliki keinginan ataupun kesempatan untuk berjalan.
  • Keluarga dan Lingkungan.
Seorang terapis fisik, Gay Girolani melihat bahwa keluarga dan lingkungan merupakan salah satu faktor yang sangat menentukan. Mungkin Anda memiliki keluarga yang benar-benar sibuk dan sering membiarkan si kecil menghabiskan banyak waktu di atas baby walker. Jika dibiarkan maka kecendrungan ini akan membuat si kecil belajar bangkit dengan cara berjinjit. Dan ketika ia sudah sampai ke tahap berdiri, si kecil akan mengalami kesulitan karena batang tubuh dan otot panggulnya tidak lagi bekerja dengan baik. Karena alasan ini pulalah beberapa ahli tidak merekomendasikan penggunaan baby walker.
  • Selain itu, ada faktor lingkungan lainnya yang juga perlu dipertimbangkan.
Masih menurut Gay, kebanyakan anak memiliki keinginan yang besar untuk bisa berjalan, namun anak yang selalu di gendong atau menggunakan kereta bayi, bisa menyurutkan keinginannya untuk berjalan karena ia tidak melihat adanya alasan untuk mengembangkan kemampuan berjalannya.
  • Hypotoni dan Hypertonia
Hypotonia(kondisi yang ditandai dengan penurunan berat otot) dan Hypertonia (kondisi yang ditandai dengan kenaikan berat otot)  juga dapat membuat anak sulit berjalan. Hypononia menyebabkan seorang anak akan sulit memiliki keseimbangan dan kontrol atas gravitasi. Sebaliknya, hypertonia atau jika ada kelompok otot tertentu aktif maka kemungkinan anak akan memiliki tubuh yang kaku dan sulit mempertahankan keseimbangan.
  • Masalah pada panggul.
Meskipun kasus ini jarang terjadi namun diagnosa dokter menyebutkan bahwa masalah pada panggul juga bisa menjadi penyebab anak tidak berjalan tepat waktu.
  • Keterlambatan berjalan juga bisa diasosiasikan dengan masalah perkembangan mental anak, seperti keterbelakangan mental.
  • Pola asuh.
Orangtua yang cemas akan berusaha merangsang anaknya agar bisa cepat jalan, entah dengan memberikan baby walker atau sepatu berbunyi. Padahal, bila si anak belum siap walaupun dipaksa takkan mau berjalan. “Sebaliknya bila orangtua selalu khawatir anak jatuh dengan sering menggendongnya, hal ini juga akan membuat anak terlambat berjalan. Sebab otot-otot kaki si anak tidak pernah mendapatkan stimulasi untuk bergerak (motorik kasar),” imbuhnya.
Namun selain beberapa faktor tersebut diatas terdapat faktor lain dari kondisi ibu disaat hamil sering mengkonsumsi antidepresan juga bisa mempengaruhi keterlambatan berjalan anak. Namun, keterlambatan berjalan bagi si bayi hingga waktu sebulan itu masih berada dalam kisaran normal. "obat antidepresan ini berdampak pada otak janin di dalam kandungan," tutur dr. Lars henning pedersen, yang melakukan penelitian dampak antidepresan terhadap perkembangan bayi.
Pedersen, yang bertugas di aarhus university hospital, denmark, ini menegaskan bahwa obat penghilang depresi ini kemungkinan tak terlalu berpengaruh terhadap bayi secara keseluruhan.
Tetapi meskipun begitu, ada baiknya para ibu hamil untuk tak terlalu bergantung pada antidepresan untuk menghilangkan depresi mereka. Saat ini, dari enam wanita hamil di amerika serikat, satu orang pasti terdiagnosis mengalami depresi, dan kebanyakan dari mereka ditangani dengan antidepresan.
Kimia otak yang disasar oleh obat-obat antidepresan ini, yang disebut serotonin, berperan dalam menjalankan fungsi-fungsi biologis, mulai dari suasana hati (mood), perhatian, nafsu makan dan perkembangan otak pada umumnya.
Antidepresan tugasnya adalah meningkatkan kadar serotonin untuk membantu menghilangkan gejala depresi, namun belum diketahui pasti bagaimana janin bereaksi terhadap obat-obat ini, atau seberapa lama dampak ini akan hilang. Dalam uji laboratorium, para ilmuwan telah menemukan bahwa antidepresan yang diberikan pada tikus yang hamil telah menekan perilaku eksploratif alami anak keturunannya saat dewasa.
Jika orang tua sangat mengkhawatirkan akan hal ini berikut beberapa saran dari dokter yang bisa di jadikan acuan untukmengatasi hal ini :
  • Jika Anda sangat mencemaskan keterlambatan si kecil dalam berjalan, maka langkah pertama yang harus Anda lakukan adalah memeriksa kesehatannya, termasuk diantaranya pemeriksaan Neurologis, penilaian terhadap fleksibilitas sendi, kekuatan otot dan berbagai gerakan. Perkembangan mental anak juga harus menjadi perhatian penting.
  • Menurut Andrew, seorang anak yang terlambat berjalan, kemungkinan juga terlambat dalam duduk dan merangkak. Namun sayangnya, keterlambatan ini bukanlah hal pertama yang mungkin disadari oleh para orangtua. Jika ini penyebabnya, maka dokter akan melihat jalan anak dalam konteks yang berbeda dan mencari tahu berada dimana ia dalam rangkaian perkembangan motoriknya.
  • Jika dokter tidak bisa mengidentifikasi penyebab si kecil telat berjalan, biasanya dokter akan merekomendasikan beberapa jenis permainan yang melibatkan dorongan dan latihan yang harus dilakukan secara periodik.
  • Dokter juga akan merekomendasikan terapi fisik yang menunjuk seorang profesional terlatih untuk memonitor perkembangan anak Anda.
  • Jika penyebab keterlambatan berjalan sudah diketahui, perawatan yang tepat yang bisa dilakukan berkisar dari terapi fisik untuk meningkatkan kekuatan dan fleksibilitas hingga operasi untuk memperbaiki masalah fisik yang dialami si kecil.

MANFAAT PENDIDIKAN SENI RUPA UNTUK ANAK USIA DINI



MANFAAT PENDIDIKAN SENI RUPA UNTUK ANAK USIA DINI

Secara alamiah anak sudah memiliki seni. Dari mereka berumur 0 – 8 tahun. Anak-anak sudah bisa mengembangkan dan mempunyai imajinasi. Anak berumur 1 tahun sudah mulai mencoret-coret apa saja. Ia mulai mempelajari dan menyerap segala yang terjadi di lingkungan sekitarnya. Setiap benda yang dimainkan berfungsi sesuai dengan imajinasi si anak.
Metode yang digunakan dalam tugas akhir ini adalah metode deskriptif yaitu menggambarkan bagaimana cara mengajarkan pembelajaran seni rupa pada anak usia dini. Seperti yang kita ketahui setiap orang sudah mengenal tentang seni rupa. Dalam kehidupan kita untuk melengkapi dirinya dengan berbagi peralatan dan penunjang untuk menyempurnakan pekerjaannya. Seni sebagai alat terapi, ungkapan dan komunikasi. Pembelajran seni rupa pada anak usia dini memerlukan pengelolaan sesuai dengan karakteristik dan situasi social yang kondusif untuk keberhasilan belajar anak usia dini. Sehingga anak dapat mengungkapkan pengalaman-pengalaman hidup mereka sendiri.

Pengertian Seni Rupa
Seni rupa merupakan realisasi imajinasi yang tanpa batas dan tidak ada batasan dalam berkarya seni. Sehingga dalam berkarya seni tidak akan kehabisan ide dan imajinasi. Dalam seni rupa murni, karya yang tercipta merupakan bentuk dua dimensi dan tiga dimensi. Sehingga objek yang dibuat merupakan hasil dari satu atau lebih dari media yang ada (sebagai catatan bahwa media atau bahan seni di dunia juga tidak terbatas).
Dalam berkarya seni, tidak pernah ada kata salah dan juga tidak ada yang mengatakan salah pada karya yang telah diciptakan. Namun demikian, di dalam proses berkarya seni, karena dalam hal ini adalah proses belajar, maka harus dilakukan dengan cara yang benar, sesuai dengan tujuan dari pembelajaran. Untuk anak usia dini (0 – 8 tahun), ketika belajar tentang seni rupa tidak hanya bertujuan untuk berproses berkarya seni saja, karena selain itu juga diharapkan dapat memberikan fisik motorik, kognitif, bahasa, sosial, emosional serta kemandirian pada anak. Jadi dengan bimbingan yang tepat, seorang anak akan dapat melatih potensi-potensi yang bermanfaat.
Seni rupa atau seni yang tampak adalah salah satu bentuk kesenian visual atau tampak ada yang tidak hanya bisa diserap oleh indera penglihatan, tetapi juga bisa oleh indera peraba, maksudnya adalah teksturnya dapat dirasakan, misalnya kasar, halus, lunak, keras, lembut, dsb. Namun tidak menutup kemungkinan tekstur ini adalah tekstur maya (ada namun tidak nyata) atau tekstur ini seolah-olah ada yang dikarenakan mata kita dikelabuhi oleh sesuatu yang tampak, misalnya sebuah foto kayu : disitu seolah-olah kita melihat adanya tekstur namun kenyataannya tekstur itu tidak ada jika kita merabanya.

Pengelolaan Seni Rupa dalam Segi Pembelajaran pada Anak Usia Dini
Pendidikan anak usia dini memerlukan pengelolaan sesuai karakteristik dan situasi sosial yang kondusif untuk keberhasilan belajar anak usia dini. Sifat pembelajarannya yang kooperatif dengan sebagian kelompok kecil maupun besar, bertangung jawab, belajar menunggu giliran, bekerja tanpa mengganggu teman, membereskan alat, mengambil keputusan, memilih kegiatan, dan kesemuanya terjadi tanpa tekanan melainkan berjalan alamiah.
Anak belajar mematuhi aturan yang dibuat bersama dalam kelas, dating tepat waktu, cara mendapat perhatian dari guru, cara guru meminta perhatian dari anak. Anak dapat mengatur management atau pengelolaan kelas berarti dapat mengatur bahan dan kelompok kegiatan. Ada yang bekerja di meja, di lantai, dengan beragam instruksi untuk banyak kelompok, mengikuti kemajuan setiap anak, fleksibel, bisa juga statis atau dinamis, menjadi non produktif atau sangat produktif. Hal ini juga mempertimbangkan tumbuh kembang EQ mereka (Berliner dalam Tolopan; 1978)
Guru yang mengelola kelas yang efektif juga akan membuat anak berhasil. Dari yang tersebut di atas akan diketahui bahwa memang program TK terdiri ataspembiasaan dan perkembangan dasar. Jadi pelaksanaan perencanaan juga berorientasi kearah dua tujuan itu, dengan mengamati perkembangan individu anak. Di dalam kelas ada kelompok-kelompok sesuai kemampuan. Kemampuan anak tidak sama. Untuk itu guru perlu mengetahui perkembangan anak agar dapat memberikan kegiatan sesuai kebutuhan anak yaitu perkembangan emosi dan sosial, motorik kasar dan halus, pengamatan dan ingatan, penglihatan dan pendengaran serta mengekspresikan dan menerima bahasa.
Dalam setiap macam perkembangan tersebut, anak kadang-kadang sagat cepat, sedang-sedang saja atau lamban daya tangkap atau peningkatannya. Bagi yang sudah mahir, dipersiapkan bentuk yang dapat mereka jiplak, gunting, tempel dan warnai. Tugas itu diharapkan mampu ia selesaikan. Bagi yang sedang-sedang tugas, hampir sama degan yang sudah mahir, dengan bentuk yang sudah tersedia atau boleh ia pilih sendiri yang sama. Bagi yang kurang dipersiapkan kertas yang hanya diberi garis lurus yang perlu ia gunting. Pujian juga sama diberikan kepada mereka. Di sinilah pengertian yang harus ditunjukkan agar anak merasa berhasil dalam tingkat kemampuannya (Fisher dalam Tolopan; 1991)
Pengelolaan waktu yang mereka butuhkan akan sangat bervariasi. Tidak ada jenjang pendidikan yang sangat kompleks seperti pendidikan anak usia dini. Semuanya dilakukan dengan santai tanpa menekan. Lama anak di TK bervariasi antara dua setengah sampai tiga setengah jam di sekolah. Enam hari seminggu atau melihat situasi dan tempatnya. Untuk kelompok bermain dapat diadakan tiga hari dalam seminggu. Jadwal di TK seperti pembukaan, inti, dan penutup, dapat saja untuk TK A dan B berlainan. Karena masa transisi anak TK A dan B berlainan. Bila anak di TK A dipaksakan untuk sudah mampu mengikuti program yang sama dengan kelas TK B, maka anak akan sangat tertekan dan tidak menyukai sekolah. Untuk itu maka dibutuhkan keluwesan penjadwalan, misalnya dengan ditukarnya inti dan pembukaan dengan maksud supaya anak-anak lebih bebas memilih kegiatan yang diminati dan mengendalikan emosi pada masa penyesuaian diri dengan sekolah akan lebih terbantu. Dari waktu ke waktu selama anak melaksanakan kegiatan, pasti ada saat-saat guru minta perhatian anak. Untuk itu dapat digunakan tanda guru yang tidak terlalu keras, tetapi cukup memberi tanda minta perhatian.
Pengelolaan materi tediri dari berbagai macam alat permainan edukatif : pasir, air, bangunan berbagai karya seni dan materi kreatifitas lainnya. Materi ini dikembangkan guru sesuai kebutuhan anak. Diharapkan interaksi antara guru – materi – anak semaksimal mungkin. Keluwesan ini membuat setiap anak merasa berhasil dan permasalahan dapat diatasi (Berliner dalam Tolopan; 1978)

Variasi Seni Rupa yang Memperkaya Media Pendidikan
Permainan untuk anak usia dini sangat banyak variasinya. Dari yang sederhana sampai yang sulit atau benar-benar meningkatkan daya pikir anak. Kegiatan untuk anak usia dini tidak terlalu terpojokan dengan penuh masalah dan kerumitan. Pedoman utama ialah sebanyak mungkin semua dikerjakan anak, diciptakan anak tanpa terlalu banyak campur tangan. Beri kesempatan yang cukup ,interaksi guru yang berarti, komentar bukan basa-basi, beri pujian yang keluar dari hati sanubari dan bersungguh-sungguh.Macam-macam permainan misalnya : Permainan manipulatif yaitu memainkan alat-alat yang akan memberi kesempatan mengajarkan konsep dari warna, bentuk, ukuran jumlah, bilangan, sampai membandingkan, menyamakan, dll. Permainan imajinasi dini dimunculkan guru dengan mempersiapkan situasi professional dengan berbagai atribut yang dimiliki profesi tersebut.

Perlunya Pembelajaran Seni Rupa Pada Anak Usia Dini
Menurut Sternberg ,kualitas emosional yang tampaknya penting, penting bagi keberhasilan kualitas ini adalah kemampuan mengenali perasaannya sendiri sewaktu perasaan atau emosi itu muncul, dan ia mampu mengenali emosinya sendiri apabila ia memiliki kepekaan yang tinggi atas perasaan mereka yang sesungguhnya dan kemudian mengambil keputusan- keputusan secara mantap. Kemampuan mengelola emosi merupakan kemampuan sesorang untuk mengendalikan perasaannya sendiri, sehingga tidak meledak dan akhirnya dapat mempengaruhi perilakunya secara wajar. (Sternberg, Saloveri dalam Tolopan; 1997)
Menurut Pitcer (1982) mengatakan kemampuan membina hubungan bersosialisasi sama artinya dengan kemampuan mengelola emosi orang lain. Dengan seni rupa akan membantu anak-anak untuk mengerti orang lain dan memberikan kesempatan dalam pergaulan sosial dan perkembangan terhadap emosional mereka. Anak-anak dengan kemampuan ini cenderung mempunyai banyak teman, pandai bergaul. Melalui belajar kelompok dituntut untuk bekerjasama, mengerti orang lain. Anak merupakan pribadi sosial yang memerlukan relasi dan komunikasi dengan orang lain untuk memanusiakan dirinya.Menurut Goleman (1995) mengatakan bahwa idealnya seseorang dapat menguasai ketrampilan kognitif sekaligus ketrampilan sosial emosional.Melalui bukunya yang terkenal “Emotional Intelligences (EQ)”, memberikan gambaran spektrum kecerdasan, dengan demikian anak akan cakap dalam bidang masing-masing namun juga menjadi amat ahli. Perkembangan Kognitif tidak dating dengan sendirinya. Untuk mendorong pertumbuhan, kurikulum yang disusun berdasarkan atas taraf perkembangan anak. Serta harus dapat memberikan pengalaman pendidikan yang spesifik yaitu melalui pendidikan senirupa di sekolah.
Dari berbagai kegiatan berkarya seni, penulis mengambil beberapa kegiatan yang biasa dilakukan anak pada saat pembelajaran, yaitu :

1. Menggambar
Kegiatan coret mencoret adalah bagian dari perkembangan motorik anak dan anak sangat menyenangi kegiatan ini, sehingga dengan dorongan guru dan kesempatan yang diberikan anak akan termotivasi membuat gambar.
Kegiatan menggambar merupakan salah satu cara manusia mengekspresikan pikiran-pikiran atau perasaan-perasaanya. Dengan kata lain, gambar merupakan salah satu cara manusia mengekspersikan pikiran-pikiran atau perasaan-perasaannya. Dengan kata lain, gambar merupakan salah satu bentuk bahasa.Ada 3 tahap perkembangan anak yang dapat dilihat berdasarkan hasil gambar dan cara anak menggambar:
Pertama, tahap mencoret sembarangan. Tahap ini biasanya terjadi pada usia 2-3 tahun. Pada tahap ini anak belum bisa mengendalikan aktivitas motoriknya sehingga coretan yang dibuat masih berupa goresan-goresan tidak menentu seperti benang kusut.Tahap kedua, juga pada usia 2-3 tahun, adalah tahap mencoret terkendali. Pada tahap ini anak mulai menyadari adanya hubungan antara gerakan tangan dengan hasil goresannya. Maka berubahlah goresan menjadi garis panjang, kemudian lingkaran-lingkaran.
Tahap ketiga, pada anak usia 3 ½ – 4 tahun, pergelangan tangan anak sudah lebih luwes. Mereka sudah mahir menguasai gerakan tangan sehingga hasil goresannyapun sudah lebihTujuan menggambar bagi anak :
1. Mengembangkan kebiasaan pada anak untuk mengekspresikan diri
2. Mengembangkan daya kreativitas
3. Mengembangkan kemampuan berbahasa
4. Mengembangkan citra diri anak

2. Finger Painting (Lukisan Jari)
Pada kesempatan kali ini, kita akan mempelajari salah satu kegiatan di area seni yaitu kegiatan melukis dengan jari tangan atau bisa dikenal dengan nama finger painting.
Tujuan dari kegiatan ini adalah :
- Dapat melatih motorik halus pada anak yang melibatkan gerak otot-otot
kecil dan kematangan syaraf.
- Mengenal konsep warna primer (merah, kuning, biru). Dari warna-warna yang terang kita dapat mengetahui kondisi emosi anak, kegembiraan dan kondisi-kondisi emosi mereka.
- Mengenalkan konsep pencampuran warna primer, sehingga menjadi warna yang sekunder dan tersier.
- Mengendalkan estetika keindahan warna.
- Melatih imajinasi dan kreatifitas anak.
Ada beberapa metode atau cara dalam kegiatan finger painting :
• Menggunakan teknik basah (kertas dibasahi dulu)
• Menggunakan teknik kering (kertas tidak perlu dibasahi)

3. Melukis
Salah satu kebahagiaan terbesar dari pelukis bukan hanya kesenangan tetapi juga mendapatkan berbagai banyak pengalaman dengan anak-anak selagi mereka belajar melukis. Pelajaran melukis dapat diawali oleh anak yang berusia 4-6 tahun atau usia TK. Media yang digunakan untuk melukis pada anak usia dini biasanya cat air, cat minyak, finger painting, dan lain-lain.
Dalam pembelajaran melukis anak-anak biasanya belajar sambil bercakap-cakap dengan temannya. Percakapan pertama mereka kebanyakan adalah tentang warna-warna yang mereka peroleh. Sambil bereksperimen dengan mencampurkan warna-warna, anak-anak itu bermain, bermain elemen seni ini dengan cara yang santai. Hal ini menjaga agar kuas dan semangat mereka tetap bekerja. Ini akan membuat mereka mengekspresikan sesuatu yang bersifat pribadi dalam lukisan.Berbeda dengan anak usia 7 dan 8 tahun, cirikhas kelompok umur mereka adalah dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang berhubu-ngan dengan hidup mereka sendiri. Anak-anak membuat lukisan tentang suasana hati, baik yang muram, sendu atau bersemangat dan lucu. Biasanya suasana hati mereka disampaikan oleh warna. Mereka belajar bagaimana warna pelengkap dan sejalan dapat membantu mengungkapkanide-ide.

4. Kolase
Kolase dalam pengertian yang paling sederhana adalah penyusunan berbagai macam bahan pada sehelai kertas yang diatur. Anak-anak di kelasbiasanya memilih dan mengatur potongan bentuk dari kertas, kain, bahan-bahan berstektur, lalu meletakkannya di tempat yang mereka suka. Sebagai bagian dari pengalaman mereka dapat membuat keputusan sendiri tentang penggunaan warna, ukuran dan bentuk.
Ada beberapa macam kolase yaitu:
• Kolase dengan kertas dan kain
• Kolase dengan tekstur

5. Mencetak
Mencetak dapat dilakukan anak diberbagai usia, dimulai dari anak berusia 5 tahun. Kadang-kadang seorang anak kecil akan menemukan idenya sendiri. Entah bagaimana dengan cara apa seorang anak berusia 5 tahun dalam pembelajaran mencetak anak menemukan bahwa menepukkan spons yang sudah diberi warna di atas menghasilkan rangkaian pola yang berulang-ulang (perihal mencetak, merupakan suatu kemungkinan yang menakjubkan untuk mengulanginya). Mencetak yang formal membuthkan pelat atau stempel. Stempel tersebutmemuat gambar-gambar yang diukir atau ditimbulkan, yang diberi tinta dan kemudian dipindahkan ke kertas. Stempel cetak yang paling sederhana terbuat dari Styrofoam. Selain murah juga tidak berbahaya bagi anak didik kita.
Untuk anak-anak usia 5 tahun dan 6 tahun, penting khususnya untuk menyuruh mereka mencetak dihari yang sama. Dengan cara ini mereka sungguh-sungguh memahami prosesnya. Semua anak menikmati mengeksplorasi efek-efek yang dihasilkan tekstur ini ketika pelatnya dicetak.

6. Menjiplak
Sebelum membuat cetakan apapun, anak-anak dapat menggunakannya untuk menjiplak. Mereka cukup menempatkan sehelai kertas putih diatas permukaan pelat dan dengan krayon, menggosok-gosokannya bahkan dengan keras untuk mendapatkan gambarannya. Anak-anak merasa teknik menjiplak cukup mengagumkan dan menggunakannya dengan banyak cara.
Koin-koin biasanya adalah favorit mereka. Koin adalah bahan yang sederhana dan mudah sekali didapat. Mereka dapat dengan mudah membuat banyak jiplakan yang berbeda dari obyek-obyek yang ditemukan di sekolah. Ini merupakan cara yang bagus untuk membuat anak-anak peka pada dunia sekitar mereka.

7. Membentuk
Arti kata membentuk dapat dimaksudkan sebagai mengubah, membangun dan mewujudkan. Membentuk dalam kaitan kegiatan seni rupa adalah terjemahan dari kata dalam bahasa Belanda “boetseren” atau bahasa Inggris “modeling”. Umumnya bahan yang dipergunakan untuk kegiatan membentuk adalah bahan-bahan lunak seperti tanah liat, plastisin, malam lilin, playdog dan sejenisnya. Tetapi dalam pengembangannya, selama tidak mengingkari maksud dari arti kata membentuk tadi, dapat dipergunakan bahan-bahan lain seperti kertas, karton atau bahan-bahan lembaran yang sekiranya dapat dibentuk.
Bahan yang tidak pernah cukup bagi mereka adalah tanah liat. Mereka tidak bosan dengan bahan yang lengket, basah dan bisa dibentuk sesuai keinginan mereka. Anak-anak akan menghabiskan hari mereka dengan tanah liat. Mereka suka menyentuh tanah liat, untuk merasakan sensualitasnya.

Peranan Seni Rupa
Peranan Bagi Anak Usia Dini
Bermain bagi anak merupakan kegembiraan dan kesibukan yang penting. Dalam bertanya seni rupa dapat menimbulkan kegembiraan. Kegembiraan anak nampak dan terlihat disebabkan oleh keaktifan atau kesempatan bergerak, bereksperimen, berlomba dan berkomunikasi. Dapat pula dilihat betapa senangnya anak-anak berkarya melalui seni rupa, mereka akan bergerak-gerak dengan sadar atau tidak, mencoba-coba sesuatu yang diinginkan. Dalam kelompok mereka selalu berlomba untuk menyelesaikan karyanya sesuai dengan gagasannya. Apabila anak berhasil berkarya, dengan spontan ia akan berteriak dan bergerak, menandakan kegembiraannya. Anak berkarya sesuai dengan daya fantasinya dan apa yang dicapainya perlu mendapat pemahaman/pengertian orang lain. Bermain sangat berguna bagi perkembangan anak untuk persiapan dalam kehidupan masa dewasa. Permainan dimaksudkan antara lain : Permainan “membentuk”; melatih anak untuk berkarya. Permainan “fungsi”; melatih berbagai macam aktivitas fisik. Permainan “peranan”; berguna untuk menyiapkan anak mampu melakukan peranan dalam kehidupan di kemudian hari. Permainan “menerima”; berguna untuk memupuk kemampuan menerima kebudayaan.

Peranan Guru
Peranan guru di kelas adalah menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapinya dan memahami karakteristik siswa sebagai anak didik di kelasnya. Dalam melaksanakan kegiatan kelas guru harus menjadi pengelola, perencana, penyuluh dan perancang program yang baik dan tuntas. Guru yang simpatik, imajinatif, kreatif dan luas pengetahuannya. Adalah prasarat mutlak bagi guru sekolah dasar.

Peranan Sekolah
Sekolah berperan sebagai tempat membina dan melatih diri melalui pengajaran dan pendidikan untuk mengatasi segala masalah di masyarakat kelak setelah anak menyelesaikan sekolah. Di sekolah anak-anak dihadapkan pada tuntutan untuk tetap bersikap teratur berdisiplin (diam/tenang), memperhatikan petunjuk-petunjuk guru, menguasai seluruh perangkat.



KESIMPULAN
1) Beberapa contoh seni rupa dalam pembelajaran anak usia dini antara lain : menggambar, melukis, tanah liat, mencetak, menjiplak, kolase dan finger painting. Hal ini memberikan perhatian praktis pada setiap segi tanggung jawab seorang guru, seperti bagaimana mengenalkan setiap materi pelajaran, bagaimana persiapan terbaik dan ruang kelas bisa disusun sedemikian rupa dapat mensuport daya eksplorasi anak. Peranan orang tua sangatlah penting untuk membantu anak-anak berkreasi seni di rumah.
2) Tujuan pendidikan seni rupa di sekolah yaitu melanjutkan dan mengembangkan kesanggupan berkarya maupun pengetahuan seni rupa yang telah dimiliki anak sebelum memasuki sekolah, sehingga hal ini perludiperhatikan oleh guru dengan memberikan kesempatan yang leluasa kepada anak dalam mencipta karya seni rupa sebagai pernyataan ekspresinya.