Menjadi
orangtua di zaman globalisasi tentu tidak mudah. Apalagi jika orangtua
mengharapkan anaknya tidak sekedar menjadi anak yang pintar, tetapi juga taat
dan saleh, baik itu saleh cara berpikirnya maupun saleh moralnya.
Menyerahkan pendidikan sepenuhnya
kepada sekolah juga tidak cukup, atau memilih mendidik sendiri dan membatasi
pergaulan anak-anak di rumah juga tidak mungkin. Mambiarkan anak-anak lepas
bergaul di lingkungannya cukup berisiko untuk perkembangan mental dan
perilakunya. Lalu bagaimana cara menjadi orangtua yang bijak dan arif untuk
menjadikan anak-anaknya taat kepada agama dan orangtuanya.
Sekitar delapan puluh persen otak anak
berkembang di usia 0-5 tahun atau disebut periode emas (golden age). Pada masa
itu, peran orangtua sangat dibutuhkan untuk mengawasi tumbuh kembang anak dan
mendidik anak dengan memberi contoh perilaku yang baik. Jika pada periode
tersebut anak sudah mendapat didikan yang baik, maka di usia selanjutnya kita
hanya tinggal mengarahkan mereka menjadi manusia berkualitas unggul dan bermasa
depan cerah.
Dalam mendidik anak, orangtua biasanya
berkaca pada apa yang dialaminya dulu ketika masih kanak-kana. Tetapi bisa
jadi, apa yang dialaminya dulu tidak efektif lagi untuk diterapkan saat ini.
Dulu, hukuman fisik dan memarahi anak dianggap bisa menjadikan anak patuh pada
orangtua. Namun sekarang, menghukum anak dan memarahinya tidak lagi menjadi
cara yang efektif, karena bisa membuat anak tumbuh menjadi pribadi yang
memberontak dan pemarah.
Dalam melaksanakan tugas mendidik
anak, kita harus membekali diri dengan pengetahuan dan kearifan. Ini dibutuhkan
untuk menghindari kesalahan dan penyimpangan dalam melaksanakan tugas mulia
tersebut. Anak adalah anugerah kanunia Ilahi. Satu hal yang perlu kita pahami
adalah anak juga bisa jadi ujian untuk kita, jika kita tidak berhasil
menanamkan nilai-nilai yang positif kepada anak.
Banyak sebenarnya hal-hal yang tidak
semestinya dilakukan orangtua terhadap anak, akan tetapi perbuatan tersebut
seolah-olah sudah menjadi kebiasaan bagi kebanyakan orang sehingga secara tidak
sadar sangat berpengaruh terhadap perkembangan mental dan perilaku anak, baik
di lingkungan keluarga meupun di lingkungan masyarakat. Sering kita melihat
pola tingkah laku anak-anak sekarang ini melanggar kepatutan, baik dari sudut
pandang pendidikan maupun dari sudut pandang norma dan kebiasaan.
Padahal sebagai orangtua, tentu kita
punya harapan terhadap keberhasilan anak di masa depan, baik itu keberhasilan
dalam pendidikan ataupun keberhasilan pribadi anak yang unggul dan santun.
Tentunya keberhasilan anak adalah
kebanggaan kita, sebaliknya kegagalan mereka tentu membuat kita ikut
menanggungnya. Tidak hanya sampai di dunia, di akhirat pun pasti kita akan
diminta pertanggungjawaban oleh Tuhan, apakah kita berhasil atau gagal dalam
menjaga dan mendidik anak-anak kita.
Orangtua mempunyai peran yang sangat
penting dalam kehidupan anak. Orangtua bertanggung jawab terhadap pemenuhan
segala kebutuhan anak. Selain itu orangtua juga berperan sebagai guru pertama
dan berperan penting dalam pembentukan sikap, kepercayaan, nilai, dan tingkah
laku anak. Peran orangtua harus berubah dan beradaptasi dengan perubahan yang
terjadi sejalan dengan perkembangan anaknya.
Menjadikan anak sehat dan cerdas saja
belum cukup untuk menjadi bekal dalam mengarungi kehidupan di masa yang akan
datang di era pembangunan dan globalisasi seperti saat ini. Seseorang dituntut
untuk mampu menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan yang terjadi setiap
saat disekitarnya. Untuk dapat menyesuaikan diri dengan baik terhadap
lingkungan, seseorang harus memiliki perangkat perilaku dan kepribadian yang
memungkinkan baginya untuk berproses sesuai dengan tuntutan lingkungan.
Tentunya perangkat perilaku dan keprbadian itu harus dibentuk sejak awal
kehidupannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar