Senin, 18 Juni 2012

Cerdaskan Anak di Usia Emas


Menjadi orangtua di zaman globalisasi tentu tidak mudah. Apalagi jika orangtua mengharapkan anaknya tidak sekedar menjadi anak yang pintar, tetapi juga taat dan saleh, baik itu saleh cara berpikirnya maupun saleh moralnya.

          Menyerahkan pendidikan sepenuhnya kepada sekolah juga tidak cukup, atau memilih mendidik sendiri dan membatasi pergaulan anak-anak di rumah juga tidak mungkin. Mambiarkan anak-anak lepas bergaul di lingkungannya cukup berisiko untuk perkembangan mental dan perilakunya. Lalu bagaimana cara menjadi orangtua yang bijak dan arif untuk menjadikan anak-anaknya taat kepada agama dan orangtuanya.

          Sekitar delapan puluh persen otak anak berkembang di usia 0-5 tahun atau disebut periode emas (golden age). Pada masa itu, peran orangtua sangat dibutuhkan untuk mengawasi tumbuh kembang anak dan mendidik anak dengan memberi contoh perilaku yang baik. Jika pada periode tersebut anak sudah mendapat didikan yang baik, maka di usia selanjutnya kita hanya tinggal mengarahkan mereka menjadi manusia berkualitas unggul dan bermasa depan cerah.

          Dalam mendidik anak, orangtua biasanya berkaca pada apa yang dialaminya dulu ketika masih kanak-kana. Tetapi bisa jadi, apa yang dialaminya dulu tidak efektif lagi untuk diterapkan saat ini. Dulu, hukuman fisik dan memarahi anak dianggap bisa menjadikan anak patuh pada orangtua. Namun sekarang, menghukum anak dan memarahinya tidak lagi menjadi cara yang efektif, karena bisa membuat anak tumbuh menjadi pribadi yang memberontak dan pemarah.

          Dalam melaksanakan tugas mendidik anak, kita harus membekali diri dengan pengetahuan dan kearifan. Ini dibutuhkan untuk menghindari kesalahan dan penyimpangan dalam melaksanakan tugas mulia tersebut. Anak adalah anugerah kanunia Ilahi. Satu hal yang perlu kita pahami adalah anak juga bisa jadi ujian untuk kita, jika kita tidak berhasil menanamkan nilai-nilai yang positif kepada anak.

          Banyak sebenarnya hal-hal yang tidak semestinya dilakukan orangtua terhadap anak, akan tetapi perbuatan tersebut seolah-olah sudah menjadi kebiasaan bagi kebanyakan orang sehingga secara tidak sadar sangat berpengaruh terhadap perkembangan mental dan perilaku anak, baik di lingkungan keluarga meupun di lingkungan masyarakat. Sering kita melihat pola tingkah laku anak-anak sekarang ini melanggar kepatutan, baik dari sudut pandang pendidikan maupun dari sudut pandang norma dan kebiasaan.

          Padahal sebagai orangtua, tentu kita punya harapan terhadap keberhasilan anak di masa depan, baik itu keberhasilan dalam pendidikan ataupun keberhasilan pribadi anak yang unggul dan santun.

          Tentunya keberhasilan anak adalah kebanggaan kita, sebaliknya kegagalan mereka tentu membuat kita ikut menanggungnya. Tidak hanya sampai di dunia, di akhirat pun pasti kita akan diminta pertanggungjawaban oleh Tuhan, apakah kita berhasil atau gagal dalam menjaga dan mendidik anak-anak kita.

          Orangtua mempunyai peran yang sangat penting dalam kehidupan anak. Orangtua bertanggung jawab terhadap pemenuhan segala kebutuhan anak. Selain itu orangtua juga berperan sebagai guru pertama dan berperan penting dalam pembentukan sikap, kepercayaan, nilai, dan tingkah laku anak. Peran orangtua harus berubah dan beradaptasi dengan perubahan yang terjadi sejalan dengan perkembangan anaknya.

          Menjadikan anak sehat dan cerdas saja belum cukup untuk menjadi bekal dalam mengarungi kehidupan di masa yang akan datang di era pembangunan dan globalisasi seperti saat ini. Seseorang dituntut untuk mampu menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan yang terjadi setiap saat disekitarnya. Untuk dapat menyesuaikan diri dengan baik terhadap lingkungan, seseorang harus memiliki perangkat perilaku dan kepribadian yang memungkinkan baginya untuk berproses sesuai dengan tuntutan lingkungan. Tentunya perangkat perilaku dan keprbadian itu harus dibentuk sejak awal kehidupannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar