Senin, 18 Juni 2012

Lima Kalimat yang Tidak Boleh Diucapkan Orangtua Pada Anaknya.


            Sebuah keharusan bagi  orang tua untuk memperhatikan cara mereka berkomunikasi dengan anak anak mereka. Apa yang kita sampaikan dan bagaimana cara kita menyampaikannya merupakan hal penting yang harus selalu ditepatkan. Cara penyampaian atau cara komunikasi orangtua akan memberi dampak pada hubungan orangtua-anak dalam jangka panjang.    

Kalimat sederhana yang keluar dari mulut orangtua saat sedang frustrasi atau sekdar mengingatkan aktivitas anak (baca: omelan) dapat berdampak besar.      

"Kata-kata bisa menyakitkan dan tidak bisa ditarik ulang, jadi berhati-hatilah," ujar Debbie Pincus, seorang terapis, pembimbing orangtua dan penulis "The Calm Parent: AM & PM".

"Kita manusia. Kehidupan kita gila-gilaan dan kadang kita tidak memberikan waktu beristirahat dan berpikir kepada diri sendiri," ujar Pincus.
Hanya berhati-hatilah dan bertanggung jawab, dengan siapa pun kita berbicara."     
Berikut ini lima kata yang tidak boleh diucapkan orangtua kepada anak-anak:     

          1. "Aku tidak peduli."        
            Anak senang bercerita tentang segala sesuatu di sekitarnya taupun sekedar yang terlintas dalam benaknya, terutama Anak Usia Dini. Tentang pembicaraan mereka dengan teman-temannya, bentuk awan yang mereka rasa mirip dengan lumba lumba, alasan mereka menekan seluruh isi pasta gigi ke dalam bak mandi, alasan mereka memnadikan seluruh boneka di kamanya, dan sebagainya
 .         
            Tetapi terkadang orangtua tidak ingin mendengarkan mereka dengan alasan sibuk, tidak penting, atau sekedar malas. Jangan pernah mengatakan Anda tidak peduli dengan cerita mereka karena hal tersebut  akan membuat anak-anak merasa tidak penting dan menghilangkan rasa percaya diri.
          SARAN:
 Beritahulah anak Anda bahwa masalah itu bisa dibahas di lain waktu, ketika Anda dapat fokus pada pembicaraan sang anak. Tetapi jangan ingkar janji. Jangan lupa meluangkan waktu untuk membahas hal yang iangin ia sampaikan.     

          2.
Kamu kan sudah besar!"      
            Anak Anda berusia 6 tahun tapi masih bertingkah selayaknya anak umur 3. Jangan pernah menyalahkan tingkahnya sembari mengatakan
Kamu kan sudah besar! Hal tersebut akan membuat anak-anak merasa dikritik padahal mereka bisa saja sedang punya masalah dan butuh bantuan untuk menyelesaikannya.           

SARAN:
 Ketika Anda hendak bereaksi, ambillah jeda waktu sebentar, kata Pincus. Pikirkan matang-matang dampak perkataan Anda, jadi bukan asal reaksi spontan. Jeda membantu menurunkan adrenalin sehingga otak bisa berpikir tanpa emosi.    

          3. "Minta maaf!"    
            Saat bermain bersama teman temanya tidak jarang ada anak yang merebut mainannya temannya hingga temannya itu menangis, dan tidak terkecuali anak Anda. Mengetahui hal tersebut Anda langsung memerintahkan anak Anda untuk meminta maaf atas tindakannya.  Anda memang bermaksud mulia, tetapi memaksa anak untuk meminta maaf tidak mengajari mereka kemampuan sosial, kata Bill Corbett, penulis buku dan pendidik.


            Seorang anak terlebih anak usia dini, belum dapat langsung mengerti kenapa mereka harus meminta maaf. Bila selalu disuruh, mereka bisa saja makin lambat memahami alasan meminta maaf bila telah melakukan tindakan buruk. 

SARAN:
 Minta maaflah kepada anak kecil yang dibuat menangis oleh anak Anda, sehingga pada saat bersamaan Anda memberi dia contoh bagus kelakuan yang ingin ditanamkan. Karena pada dasarnya kita (baca: orangtua) merupakan model utama panutan tindakan anak.

          4. "Masak nggak bisa juga?"       
            Anda mengajari anak menangkap bola lima kali berturut-turut, dan dia belum mahir juga.  Atau, ketika belajar soal matematika, dia tak kunjung paham. Anda pun langsung bertanya
Masak nggak bisa juga? Komentar tersebut     akan menjatuhkan mental anak.       
            Sebab, sebagaimana dikatakan pakar pembelajaran Jill Laurean, anak-anak akan menangkap pertanyaan itu dengan berbeda. Mereka akan mengira Anda bertanya
Kenapa nggak bisa juga? Apa yang salah dengan kamu sehingga nggak bisa? 

SARAN:
 Ambil waktu istirahat. Jika Anda sudah tidak tahu cara lain mengajari anak mengenai sesuatu, berhentilah. Lanjutkan pelajaran ketika Anda sudah siap untuk mencobanya lagi, mungkin setelah mencari pendekatan lain untuk mengajar apa pun yang sedang dipelajari anakmu.

          5. "Ditinggal ya!"     
            Anak Anda menolak meninggalkan toko mainan atau taman, sementara Anda telah ada janji. Jadi Anda memberikan ultimatum untuk menakut-nakuti dia: "Ditinggal ya!" Untuk anak yang masih kecil, ketakutan ditinggalkan orangtua adalah sesuatu yang sangat nyata. Tapi apa yang terjadi saat ancaman tidak berhasil? Anak dengan cepat belajar kalau ayah atau ibu memberikan ancaman kosong.
 Dan akan mudah baginya untuk tidak menuruti orangtua.    

SARAN:
 Jangan bilang kepada anak bahwa Anda akan meninggalkan mereka. Sebaiknya, sebelum berangkat dari rumah buatlah rencana perjalanan (dari toko mainan ke tempat selanjutnya).

Nama : Narisa  Haryanti (K8111051)

Kelas : 2B PG.PAUD UNS 2011

Tidak ada komentar:

Posting Komentar